Capuccino dan Musuh Terbarunya

Gw cuman pengen loe tau, bahwa selama ini loe sering dan selalu menghina gw. Loe nggak perlu ingat atau tahu kapan. Yang jelas, gw selalu membenci orang dengan alasan jelas. Alasan yang nggak akan pernah mampu loe liat. Just note that, gw nggak punya hard feelings. I’m just gonna get by on it, and move on.

Kopi punya warna gelap. Tidak terkecuali Capuccino.

Tidak banyak yang tahu kalau Capuccino sebenarnya sama kerasnya dengan namanya. Capuccino tidak sama dengan latte. Capuccino juga tidak sama dengan frappuccino. Capuccino punya rasa tersendiri, dan hari ini, ada satu cangkir yang harus menghadapi kenyataan kalau Capuccino bukanlah kopi yang manis.

Seumur hidupnya, apabila dianggapnya perlu, Capuccino selalu menghindari konflik. Menurutnya, selain tidak selalu diperlukan, konflik juga memboroskan tenaga dan emosi. Lagipula, pada dasarnya, Capuccino adalah secangkir kopi yang cuek. Lebih-lebih, ia pelupa. Bisa saja, cangkir yang punya kesalahan lantas dimaafkan, hanya karena Capuccino lupa kalau cangkir tersebut bersalah padanya.

Tapi, hari ini lain lagi. Karena yang tidak disadari satu cangkir naas ini, Capuccino bukan seseorang yang punya kesabaran berlimpah. Dan salah satu kelemahan terbesar Capuccino adalah sifatnya yang mudah terpancing. Kalau sudah terpancing, jadilah cangkir yang satu ini bertindak impulsif. Istilahnya, seperti Zidane. Kalau sudah kesal, saya tanduk saja! 😀

Setelah dirongrong dengan aneka ragam hinaan personal oleh si cangkir menyebalkan, Capuccino akhirnya tidak tahan, lantas memutuskan untuk memberikan deklarasi terbuka pada si cangkir naas. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Capuccino mengatakan kepada sebuah cangkir, dengan formal dan tegas, kalau ia membencinya. Horeeee..! 😀

Bagaimanakah si cangkir nista itu menerimanya? Capuccino jelas tidak peduli. Untuknya, sekarang permusuhan mereka bukan lagi sebuah agenda penting. Buku menu harus ditutup, dan semua cangkir harus rela dicuci.

Kadang-kadang, banyak cangkir yang terbelit dalam permusuhan, tetapi tidak sadar kalau mereka sedang berada dalam zona perang. Buat Capuccino, mengakui pada diri sendiri, dan pada musuh, bahwa pertikaian itu memang ada, merupakan salah satu cara untuk mengurai benang kusut. Dasar Capuccino tidak suka hal-hal tidak praktis, kalau sudah benci dan tidak mungkin lagi berkonsolidasi, ia lebih baik membuat deklarasi frontal. Soal apakah perangnya akan berlanjut atau tidak, itu terserah mood. Yang jelas, tetap dengan falsafah hidupnya yang cenderung menyukai flight daripada fight, sebisa mungkin Capuccino akan menghindari cangkir yang dibencinya itu. Hitung-hitung, hemat emosi. Masih ada banyak hal yang lebih penting untuk dipikirkan.

Beda benci, beda juga sayang. Untuk, euh, sayang-sayangan, Capuccino bukan tipe yang suka mengumbar kata-kata mesra. Kalau ada cangkir yang beruntung, itu lain lagi. Di hari yang aneh, dan jam-jam konslet, Capuccino mudah terpeleset. Jadi, seandainya Capuccino tiba-tiba mendeklarasikan pada PisangLilin bahwa ia menyayangi cangkir yang satu ini, jangan heran. Mungkin Capuccino hanya sedang terlalu banyak mengandung gula, atau mungkin, sedang mabuk kopi.

5 respons untuk ‘Capuccino dan Musuh Terbarunya’

  1. Cangkir gelas atau pelastik??
    Kalo gelas, pecahkan saja gelasnya, biar ramai.
    Biar mengaduh sampai gaduh.

    Dan berlarilah ke hutan.
    Dan teriakmu.

    Selanjutnya, terserah Anda. Keputusan di tangan.
    Make love, or just keep the fire burning.

    ps : Pisanggoreng sangat ingin mendengar deklarasi itu dari Capuccino, entah untuk alasan apapun dan untuk cangkir manapun. You got my blessing.
    ^^

  2. Deklarasi itu hanya untuk PisangGoreng seorang lah.. Takkan berpaling hatiku ini darimu, Dindaku, Pisangku, Gorenganku, tersayang..

    *mati muntah-muntah*

    Maaf, tadi saya abis ngopi soalnya.. -_-;;

    *mabok kopi*

    Tidak ada cangkir yang layak untuk deklarasi itu, kecuali.. :-” Ah, saya bersedia jadi gay untuk Oom Canna.. :”> *dibakar*

    *lirik HA, kalo kesini*

    Poster D&G-nya gw pasang disini, gimana? *mighty evil grin*

  3. Tidak ada cangkir yang bisa menandingi produk Cupertino itu, BTW. Hatiku hanyalah milik MacBook sexy nan ciamik itu.. :”> Thankie Steve.. 😉

    *dibakar*

  4. eh bos gwe baru baca bos blog yang ini bos, bos kenapa ganti nama jadi capuccino bos? ah bos saya ini cupu, cuma bisa komentar doang ga ada reaksi .. mana ? mana? mana? :-“

Tinggalkan komentar